Friday, July 10, 2015

Nasihat di Diwaktu Sunyi & Sendiri

Nasihat di Diwaktu Sunyi & Sendiri

Sempat bersya'ir Asy Syafi'i,

'Nasihati saya dikala sunyi & sendiri;
jangan sampai di waktu ramai & tidak sedikit saksi.
Karena nasihat di tengah khalayak terasa cream pemutih wajah hinaan yg menciptakan hatiku pedih & koyak,
sehingga maafkan seandainya saya berontak'

Ialah Imam Ahmad, gede dalam mengamalkannya. Inilah yg dikisahkan Harun ibn Abdillah Al Baghdadi :

Di satu larut tengah malam pintuku diketuk orang. Saya tanya, "Siapa ?" Nada di luar lirih menjawab, "Ahmad !" Kuselidik, "Ahmad yg mana ?" Hampir berbisik kudengar, "Ibnu Hanbal" Subhanallah, itu Guruku !

Kubukakan pintu, & dia juga masuk bersama langkah berjingkat, kusilakan duduk, sehingga dia menempah hati-hati biar kursi tidak berderit.

Kutanya, "Ada urusan amat pentingkah maka engkau duhai Guru, berkenan mengunjungiku di tengah malam selarut ini ?" Ia tersenyum.

"Maafkan saya duhai Harun" papar ia lembut & pelan, "Aku terkenang bahwa kau biasa masihlah terjaga meneliti hadits di ketika semacam ini. Kuberanikan buat datang dikarenakan ada yg mengganjal di hatiku sejak siang tadi" Saya terperangah, "Apakah hal tersebut mengenai diriku ?" Ia mengangguk.

"Jangan ragu" ujarku. "Sampaikanlah wahai Guru, ini saya mendengarkanmu"

"Maaf ya Harun" ucap ia, "Tadi siang kulihat engkau sedang mengajar murid-muridmu. Kau bacakan hadits buat mereka tulis. Disaat itu mereka tersengat terik mentari, sedangkan dirimu teduh ternaungi bayangan pepohonan. Lain kali jangan sampai demikian duhai Harun, duduklah dalam kondisi yg sama, layaknya muridmu duduk"

Saya tercekat, tidak bisa menjawab. Dulu dirinya berbisik lagi, pamit undur diri. Selanjutnya melangkah berjingkat, menutup pintu hati-hati. Masya Allah, inilah Guruku yg mulia, Ahmad ibn Hanbal. Akhlak indahnya amat terjaga dalam berikan nasihat & meluruskan khilafku. Dia dapat saja menegurku di depan para murid, toh Ia Guruku yg mempunyai hak utk itu. Tapi tidak dilakukannya demi menjaga wibawaku. Ia bisa jadi datang sore, bakda Maghrib atau Isya' yg gampang baginya. Itu juga tidak dilakukannya, demi menjaga rahasia nasihatnya.

Ia amat sangat hafal kebiasaanku terjaga di larut tengah malam. Dia datang mengendap & berjingkat; bicaranya lembut & hampir berbisik. Seluruhnya dirinya laksanakan biar keluargaku tidak tahu; supaya saya yg yakni ayah & suami terus terjaga juga sebagai imam & teladan di hati mereka. Sehingga termuliakanlah Guruku sang pemberi nasihat, yg adab tingginya dalam menasehati menjadikan hatiku menerima dgn ridha & cinta.

No comments:

Post a Comment

Blog Archive